Serbuan teknologi dan globalisasi berdampak pada melemahnya rasa nasionalisme dan kesadaran berpancasila. Makin banyak generasi muda cuek terhadap keadaan negara, tak peka merespons pelbagai perubahan yang dialami oleh bangsa dan negara. Akibatnya, kondisi bangsa ini kian hari bertambah keropos, terutama di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Menyadari hal itu, Jurusan Program Studi PPKn FPIPSKR menyelenggarakan Kuliah Umum Pancasila di Gedung Pascasarjana Universitas PGRI Semarang (28/09). Berlaku sebagai pengisi utama Prof. Dr. Joko Siswanto, M.Hum., Guru Besar Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, bertema “Nilai-nilai Pancasila dalam Lokalitas dan Kearifan Budaya Indonesia.” Kuliah umum ini dihadiri oleh seratusan mahasiswa.
Dalam paparannya, Prof Joko menyebut Pancasila sebagai ideologi paling komplit di dunia.Tak ada ideologi sekomplit Pancasila di dunia. Namun, Joko menyayangkan ideologi yang komplit itu tidak bisa digunakan sebagai penghalang globalisasi/amerikanisasi yang kini habis-habisan menyerang Indonesia.
Sebagai contoh, melalui iklan dan media, masyarakat kita digiring untuk hidup dengan kebudayaan ala Amerika. Untuk urusan makanan, kita sedang digiring untuk tidak lagi menjalani tradisi ala orang Timur. “Kita dipengaruhi untuk tidak sarapan dengan telo (singkong) atau nasi, tapi hamburger dan pizza. Kita dipengaruhi untuk selalu minuman kemasan bersoda ala Amerika.” ucap Prof Joko.
Untuk membentengi hal itu, perlu diperkuat rasa nasionalisme dan kesadaran mengamalkan Pancasila. Negara tidak boleh dibiarkan tanpa ada peran dan kepedulian dari masyarakat. Kuliah Umum ini diharapkan mampu memperteguh keyakinan dan kecintaan terhadap Pancasila bagi para mahasiswa. []